for my friend in DSI forum..

kode k-2 :

hjkvadfry asink  mnnkiop ujopl sdfzder fyuerew hgkeiku jkphg mnbehjk hyulnbg ghjaloi derkgfd sdcvfgukolmng vbnty mhvycui erwuaposb .



clue : dia ada ditengah2..

FIFA 2010 and K'naan

Akhir-akhir ini di TV gw sering denger lagu soundtrack World Cup FIFA 2010 di iklan...
nah karena lagunya enak gw coba-coba search di om google and ketemu judulnya

Wavin Flag (Celebration Remix - FIFA 2010 Anthem) lyrics

by K'NAAN
dan ini dia sedikit biografi dari K'naan : 

K’naan + Coca Cola + Fifa + Wavin Flag + Remix = Powerful Anthem

K'naan, World Cup Official Anthem Singer Back in 2009 I stated that K’naan is probably one of the most underrated/under-appreciated hip/hop artists of the year and if you read here you can see I just go on and on about how he doesn’t get the attention he deserved for his sophomore album Troubadour. Well I have a feeling that 2010 is gonna be his best year yet. Coca-Cola has picked his song Wavin’ Flag to serve as the anthem for Coca-Cola South Africa World Cup Campaign! Thanks Coke.. not only do you taste great.. but you have great taste!!
For us the fans this means two things: 1) More people will be able to listen to his messages of peace and hope through his positive music and 2) By the end of the year Wavin’ Flag will probably be so overplayed that you wont want to hear it ever again. And is this a bad thing? NOT AT ALL! I am willing to sacrifice listening to Wavin Flag for the good of the world cup and humanity. Simple put more people need to listen to K’naan. From the first time I got goosebumps listening to his chorus driven anthem and still as I am writing this post, listening to his music has the natural tendency to inspire.. and what better place to inspire than the World Cup; Where players from all over the world peacefully coming together to partake in the greatest sport ever created in the history of mankind!!! (yes I am a die hard soccer fan!)
The track below is a remix of K’NAAN’s “Wavin’ Flag,” reworked for the Coca-Cola campaign, which invites football fans to express their optimism and passion for football through active dance celebrations in the run-up to the 2010 FIFA World Cup™ in South Africa.



kalo mao denger lagunya klik aja ...
KNAAN – Wavin Flag (The Celebration remix)

 nih lirik lagunya...

Wavin Flag (Celebration Remix - FIFA 2010 Anthem) lyrics

by K'NAAN

Give me Freedom, Give me fire
Give me reason, Take me higher
See the champions, Take the field now
Unify us, make us feel proud

In the streets, our hands are lifting
As we lose our inhibition
Celebration, its around us
Every nation, all around us

Sing forever young,
Singing songs underneath the sun
Let's rejoice in the beautiful game
And together, every end of the day

We all say
When I get older, I will be stronger
They'll call me freedom, just like a wavin flag
And then it goes back, and then it goes back
And then it goes back , and then it goes ...

When I get older, I will be stronger
They'll call me freedom, just like a wavin flag
And then it goes back, and then it goes back
And then it goes back , and then it goes ...

Oh oh oh oh oh...

And everybody will be singing it ....
And we all will be singing it ...

when i get older
---



kalo mao tau lebih banya tentang K'naan dan lagu-lagunya klik aja ...
http://www.jango.com/music/K+naan?l=0 



thx..
^_^ 

New7Wonders

OverviewLisbonPetra, JordanGreat Wall of China Machu Picchu, PeruTaj Mahal, IndiaChrist Redeemer, BrazilPyramid of Chichen, MexicoColosseum of Rome, Italy

The Official New 7 Wonders of the World have been elected by more than 100 million votes to represent global heritage throughout history. The listing is in random order, as announced at the Declaration Ceremony on 07.07.07.

ngawur mode ON

Di hari minggu yang sangat cerah ini saya sedang duduk menatap layar laptop sendirian...
Betapa sepinya hidup bila tak ada orang lain..
tak pernah terpikir olehku jika berada di dunia yang luas ini sendirian..
tanpa ditemani oleh seorang teman atau sahabat...
tapi sekarang aku sadar ternyata mereka semua ada di sisiku..
mereka selalu hadir untukku ketika ku membutuhkan mereka..
selalu menyemangatiku dan meraka selalu berusaha melakukan yang terbaik untukku...
sedangkan aku tidak pernah berbuat sesuatu yang berguna untuk mereka..
dan selalu menyusahkan mereka...
hari ini aku ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk kalian karena telah bersedia menjadi temanku..
terima kasih KAWAN...

I NEVER FORGET..

You're my friends....

tinggal beberapa bulan atau beberapa minggu lagi aku akan berpisah dengan kalian...
kuharap kalian takkan pernah melupakanku yang sering menyusahkan kalian..

^_^





Dedicated for all my friends...
I LOVE YOU ALL.. 

Global Warning of Global Warming

Global Warning of Global Warming


Pernyataan di bawah berikut ini mungkin akan membuat kita tersentak sekaligus terbelalak. Ia berbunyi: “Pernyataan pemanasan global itu sungguh nyata cuma omong kosong. Pernyataan itu diulang-ulang oleh para aktivis guna meyakinkan sekaligus menakut-nakuti publik bahwa iklim akan berubah menjadi malapetaka, dan aktivitas manusialah penyebab utamanya.” Kalimat itu diucapkan senator AS dari Partai Republik, James Inhofe, yang juga merupakan Ketua Environment and Public Works Committee Senat AS, setahun lalu.

Pernyataan itu diperkuat lagi dengan pernyataan Direktur NASA Michael Griffin dalam wawancara dengan sebuah radio lokal di AS belum lama ini, yang menunjukkan keraguan sang direktur bahwa pemanasan global adalah tantangan terbesar yang harus diatasi manusia. Dalam wawancara tersebut, salah satu petikan pernyataan Griffin yang kemudian banyak dikutip adalah, “Iklim bumi saat ini adalah iklim yang terbaik yang pernah kita punyai.”

Benarkah pemanasan global sungguh-sungguh merupakan akibat dari ulah manusia yang terlalu rakus mengeksploitasi bumi dan ceroboh menjaga keseimbangan alam? Apakah pemanasan global dan perubahan iklim adalah hal terpenting yang harus diatasi manusia?

Inhofe memaparkan beragam fakta dan kutipan yang mendukung argumennya. Menurutnya, media memainkan peranan penting dalam menggelorakan isu yang tidak benar ini. Ia pun mengungkapkan penelusurannya terhadap laporan beberapa media terkemuka seperti Newsweek, Majalah Time, Harian New York Times, Chicago Tribune, dan juga Jurnal Science News. Didapatinya, media-media tersebut pada era tahun 1900-an justru melaporkan kekhawatiran akan datangnya abad es, bukan pemanasan atau melelehnya es. Hingga periode 1920-1930-an sampai menjelang akhir tahun 1970-an, media-media terkemuka di AS itu masih sangat gencar memberitakan dan melaporkan bahaya perubahan bumi menjadi bola es.

Ia pun melecehkan Protokol Kyoto, sebuah protokol yang ditandatangani oleh sebagian besar negara di kolong bumi ini guna mengurangi emisi gas-gas pembentuk rumah kaca di mana AS menolak menandatanganinya, sebagai kesepakatan dan solusi yang tidak ada artinya dalam rangka mengurangi emisi gas-gas berbahaya ke atmosfir bumi. Menurutnya, cara paling efektif untuk mengurangi gas-gas tersebut adalah penggunaan alat pembersih gas dan teknologi yang lebih efisien untuk menekan gas tersebut bertebaran ke angkasa.

Namun pernyataan Inhofe berbau politis itu tak menyurutkan gerakan global di seluruh dunia bahwa ancaman pemanasan bumi sungguh-sungguh nyata dan harus diperangi dari sekarang oleh semua pihak. Inhofe, politisi dari Partai Republik, sebagaimana halnya Presiden AS George W. Bush yang juga dari Partai Republik, jelas tidak mau kepentingan mereka terusik terusik gara-gara harus menekan emisi gas rumah kaca yang di AS sebagian besar dihasilkan dari pembangkit listrik berenergi fosil (BBM, batubara).

Tak hanya Inhofe dan Bush yang bersikap “bebal” terhadap perubahan iklim. Lebih dari 17 ribu ilmuwan -- dua ribu lebih di antaranya adalah fisikawan, geofisikawan, ahli iklim, ahli meteorologi, dan pakar lingkungan- menandatangani petisi yang diedarkan oleh Oregon Institut of Science and Medicine di AS. Salah satu kalimat dalam petisi itu menyatakan, “Tidak ada bukti-bukti ilmiah bahwa pelepasan gas karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan gas-gas rumah kaca lainnya yang mengakibatkan pemanasan akut terhadap temperatur bumi dan kerusakan pada iklim bumi.”

Terlepas dari kenyataan dan pernyataan politik yang diungkapkan di atas, fakta-fakta berikut ini berbicara jauh lebih kuat dan nyata, memperlihatkan ke mana arah perubahan iklim di bumi ini akan menuju dan bermuara.

Fakta-fakta

Kita mulai dari yang jauh dengan kita, Laut Arktik. Lautan ini sebagian besar dikenali sebagai samudera es. Ilmuwan yang mengamati perubahan pada lautan es ini mencatat terjadinya peningkatan panas dua kali lebih cepat dibandingkan pemanasan di tingkat global. Sejak tahun 1980, samudera es yang terletak Arktik yang berada di wilayah Eropa telah mencair antara 20-30 persen.

Masih di Eropa, pegunungan Alpens yang tadinya sebagian besar diselubungi salju mengalami kemerosotan deposit salju yang parah. Delapan dari sembilan area gletser/glacier menunjukkan derajat kerusakan yang signifikan dan dalam kurun waktu satu abad sudah kehilangan sepertiga dari wilayah es.

Tidak hanya di Eropa, seluruh dataran tinggi di dunia yang selama ini dikenal memiliki puncak gunung es juga lumer. Salju di puncak gunung tertinggi di Afrika, Kilimanjaro, setiap bulannya meleleh tak kurang dari 300 meter kubik. Gunung yang terletak di Tanzania ini menderita kebotakan salju parah bilamana membandingkan foto udara yang diambil pada tahun 1974, 1990, dan 2001. Dalam periode satu abad pengamatan, salju di puncak gunung itu meleleh hingga mencapai 82%. Bila salju tak lagi betah hinggap di puncak gunung itu, nama gunung itu boleh jadi harus diubah, karena Kilimanjaro dalam bahasa setempat berarti gunung yang putih atau gunung yang bercahaya.

Mari beralih ke kawasan yang melahirkan banyak seniman bola, Amerika Selatan. Salju di negeri-negeri seperti berdataran tinggi seperti Argentina, Peru, Chili juga menurun drastis. Pegunungan Andes, salah satu surga salju di dunia, mengalami pelelehan salju ke arah puncak gunung yang sangat signifikan. Antara tahun 1963 hingga 1978, salju mencair rata-rata 4 meter per tahun, dan sejak tahun 1995 hingga sekarang, pelelehan salju mencapai kecepatan 30,1 meter per tahun di seluruh kawasan yang mengandung glacier. Sementara di Venezuela, negeri penghasil Miss World terbanyak, dari 6 glacier yang dimiliki negeri tersebut pada tahun 1972, kini hanya tersisa dua lagi, dan akan hilang paling lambat 10 tahun sejak sekarang.

Konsekuensi dari melelehnya salju adalah meningkatnya permukaan air laut, pertama-tama di kawasan tersebut. Di negeri bola Brasil, garis pantai yang hilang menjadi lautan rata-rata berkisar 1,8 meter per tahun pada kurun waktu antara 1915 hingga 1950 dan meningkat menjadi 2,4 meter per tahun pada kurun waktu sepuluh tahun antara 1985-1995.

Apa yang terjadi di Asia, juga di Indonesia, akibat pemanasan global? Sama dengan yang terjadi di benua lain, salju-salju di dataran tinggi Asia mengalami pelelehan yang drastis sekaligus dramatis. Himalaya, gunung tertinggi di dunia yang menjadi kantong air beku di “atap langit” terus kehilangan saljunya secara konsisten. Glacier-glacier di Pegunungan Himalaya yang tersebar di negara-negara seperti India, Tibet, Bhutan, China, terdegradasi dengan amat cepat. Tujuh sungai besar di Asia yang bermata air dari Himalaya yakni Gangga, Indus, Brahmaputra, Mekong, Thanlwin, Yangtze, dan Sungai Kuning terancam eksistensinya yang berakibat pada ratusan juta umat manusia di kawasan sepanjang aliran sungai-sungai itu.

Tak hanya di kawasan Asia Selatan, salju di Asia Tengah yang juga terus lenyap satu per satu. Itu terjadi pula di Puncak Jaya, Papua, satu-satunya daerah pegunungan tinggi di Indonesia yang memiliki salju. Bila foto udara pada tahun 1972 memperlihatkan puncak gunung yang hampir seluruhnya diselimuti salju, sekarang puncak gunung itu hanyalah berisi bebatuan dan pepohonan belaka. Artinya, tidak ada lagi salju di sana.

Pelelehan es yang diungkap di atas baru merupakan sebagian dari yang sebenarnya terjadi. Berdasarkan laporan terakhir Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) terakhir yang dirilis tahun 2007 ini, 30 salju di pegunungan di seluruh dunia kehilangan ketebalan hingga lebih dari setengah meter hingga tahun 2005 saja. Dua tahun yang terakhir belum masuk dalam laporan tersebut.

Konsekuensi dan Risiko

Karena energi bersifat kekal, salju-salju tadi dengan sendirinya tidak hilang dan hanya berubah bentuk. Ibarat es yang ada dalam sebuah gelas, ketika ia terkena panas dan mencair, volume air itu tidak berkurang atau bertambah, melainkan hanya berubah. Maka, konsekuensi pertama dari meningkatnya suhu bumi yang melelehkan salju dan deposit-deposit air tadi adalah kian bertambahnya air di permukaan bumi. Peningkatan tersebut dapat dideteksi di seluruh penjuru bumi dan dibuktikan melalui sejumlah foto udara yang membandingkan suatu kawasan pada puluhan tahun silam dengan kondisi kontemporer.

Namun, konsekuensi meningkatnya suhu bumi tidaklah sesederhana itu. Perubahan-perubahan ekologis yang terjadi pada lingkungan di mana manusia dan makhluk hidup lainnya hidup membawa dampak yang mengerikan bagi umat manusia. Hukum fisika menyatakan, angin bergerak dari tempat yang dingin ke tempat yang lebih panas. Nah, perbedaan temperatur suatu kawasan dengan kawasan lain yang sangat ekstrem pada waktu bersamaan telah memicu munculnya angin topan, badai, dan tornado menjadi lebih sering dibandingkan beberapa tahun silam. Negara-negara di kawasan Amerika Utara, Tengah, Selatan dan Karibia, Eropa, juga Asia Selatan dan Timur sudah merasakan dampak yang ditimbulkan dari topan badai ini. Topan yang memiliki nama-nama nan indah menerpa warga di seluruh bumi secara memilukan dan sekaligus mematikan.

Arus pergerakan air tidak hanya membawa musibah banjir bandang, tetapi juga disertai tanah longsor akibat penggundulan hutan yang berlangsung setiap menit. Dalam waktu bersamaan, belahan dunia yang satu terancam kekeringan dan kebakaran, tempat lainnya dilanda topan badai, banjir dan tanah longsor yang menyengsarakan ratusan juta umat manusia.

Konsekuensi di Tingkat Lokal


Kekeringan di daerah Gunung Kidul misalnya, mungkin saja sudah menjadi fakta jamak yang berlangsung setiap tahun dan sudah sejak puluhan tahun hal itu terjadi. Akan tetapi, kesulitan air yang dialami oleh warga di lereng Gunung Merapi lima tahun terakhir ini misalnya, tentu sebuah fakta baru yang menunjukkan betapa air makin sulit didapat.

Kesulitan para petani sayuran di lereng Gunung Merbabu misalnya, juga sesuatu yang masih terdengar asing. Grojogan Sewu memang masih menumpahkan airnya. Tetapi dibandingkan lima belas tahun silam misalnya, grojogan itu sekarang telah berubah menjadi tak lebih dari pancuran. Beberapa puluh tahun yang akan datang, boleh jadi ia tinggal menjadi tetesan saja.

Itu baru dari sisi kelangkaan air. Dari sisi perubahan iklim, semua kota dan wilayah di Indonesia menjadi korbannya. Di Jawa bagian tengah misalnya, Kaliurang di Jogjakarta, Tawangmangu di Karanganyar, atau Bandungan di Semarang, sekarang bukan lagi didatangi wisatawan karena udaranya yang sejuk dan dingin, tetapi karena kelatahan dan cap yang terlanjut melekat sebagai daerah wisata. Itu saja. Dahulu, di daerah-daerah tersebut kabut dingin senantiasa turun setiap pagi sepanjang tahun. Sekarang, ia hanya bisa dijumpai beberapa kali sepanjang tahun, itupun sangat tergantung dari musim.

Di Puncak Jaya, Papua, salju tidak lagi hinggap di puncaknya sejak beberapa tahun silam. Ini menandai era berakhirnya eksistensi satu-satunya kawasan bersalju di Indonesia. Dan ini sekaligus membuktikan, bahwa bumi yang makin panas bukanlah fakta gombal melainkan kenyataan aktual.

Ironisnya, dalam situasi udara yang makin panas, orang lalu mencari cara untuk mendinginkannya, tetapi hanya untuk diri mereka sendiri. Pendingin udara adalah pilihan pragmatis untuk ini, tetapi alat inipun hanya bisa dijangkau oleh lapisan masyarakat golongan menengah ke atas. Masyarakat miskin jelas tak bisa mengelak dari kegerahan.

Ironisnya, penggunaan pendingin udara yang makin masif dan intensif pada sebagian besar rumah tangga di perkotaan secara akumulatif justru mendorong terciptanya bumi yang makin panas akibat gas-gas yang dihasilkan oleh pendingin udara tersebut tidak ramah lingkungan. Sudah begitu, penggunaan pendingin udara yang intensif itu juga memicu meningkatnya kebutuhan listrik yang terus membesar –yang lagi-lagi ironisnya— sementara listrik tersebut diproduksi dengan menggunakan bahan bakar fosil yang tak ramah terhadap lingkungan dan memberi kontribusi terbesar pada pemanasan secara global.

Lingkaran setan ini jelas menggiring masyarakat yang paling miskin dan tak memiliki akses terhadap sumber daya ekonomi yang memadai menjadi korban. Jumlah masyarakat yang kian tersisih dari lingkaran ini niscaya akan terus membesar karena perseteruan dan kata sepakat tentang upaya kongkret memerangi perubahan iklim ini mengalami kebuntuan yang akut.

Global Warming and the Pollution of Our Planet

Global Warming and the Pollution of Our Planet


Global Warming and the Pollution of Our Planet
A very brief comment on Global Warming and about the Pollution of our Planet
Regarding Global Warming and/or its absence

[Whatever happens will not likely affect me one way or the other. However, it is difficult to shut off my "logic machine" after a lifetime of mathematics and logics all of the time. So here are some things gathered together by me.}
There is absolutely no doubt that the glaciers in our part of the world are very rapidly disappearing.
If there is a debate about global warming, the problem is to determine if the ice in Greenland and in the Antarctic is also melting faster than one would expect.
It used to be that George Bush and those around him made "official" statements to the effect that global warming had not been demonstrated scientifically enough to be "certain"... In recent times, no such "official" pronouncements are being made. Those connected to the Bush and Cheney families and fortunes have a vested interest in NOT accepting the idea of global warming -- AND they have a huge amount of money to hire people to "prove" their point of view ... the fact they have become silent would seem to have SOME significance.
In the next while, I will put together a serious file on the topic -- the pros and cons ...
-- It won't be hard to show that the Pacific Ocean is warming up -- warmer waters move to higher and higher latitudes off BC and Alaska year by year (the salmon are seriously affection).
-- It is easy to show that the ice in the Arctic is rapidly melting (regular ships sailed through there this year for the first time ever)
-- It is easy to show that glaciers in our part of the world are rapidly melting
-- Nasa's satellite designed to carefully measure the "edges" of the ice-pack areas of Greenland, the Antarctic etc. didn't get into orbit so we do not have measurements that are as ACCURATE as we would like
-- Computer models predict that, with global warming, comes also somewhat higher levels of evaporation AND THEREFORE somewhat higher levels of precipitation in certain parts of the world, for example over the Greenland Icepack AND DOUBTLESS over Antarctica
-- For that reason we would expect INCREASED snow and ice depth in the centre of those icepacks -- in the first instance, accompanied by FASTER MELTING of the edges -- and THAT is what is happening. The result that a net INCREASE OF several billion tons of water were produced last year from melting in the Greenland area ...
-- Now the Antarctic ice sheets are collapsing -- one by one -- and even Fox News, a strong supporter for a long time of those who claimed that global warming was NOT taking place has put out the following news story with reference to the Wilkins Shelf

'And finally -- a logical comment from one who spent nearly 40 years working in mathematics and logic:
Even if global warming cannot be with absolute certainty attributed to human intervention and atmospheric pollution, it would seem logical to clean up the air we breathe simply because that IS the air we breathe, and we seem to have no other source
... and at the same time REDUCE pollution created by our automobiles and coal plants
... Logically speaking.
Every time a very important anti-global warming announcement has been made over the past five years, the scientific community comes up with some important independent "event" or with the results of one more long-term study and says once more:
"It was not at all expected that THIS would occur so quickly.
News Announcement:
Huge Antarctic Ice Sheet Collapsing – Wednesday, March 26, 2008
British Antarctic Survey researcher David Vaughan blames global warming for the Wilkins Ice Shelf collapse
Satellite images reveal that a large chunk of the Wilkins ice shelf fell into the ocean sometime around the end of February, suggesting that climate change could be causing it to disintegrate faster than scientists had predicted.
The 160-square-mile piece, about seven times the size of Manhattan, had been attached to Antarctica for hundreds, or maybe even 1,500 years.
Scientists fear that the entire Wilkins shelf, more than 6,000 square miles, could be next.
British Antarctic Survey researcher David Vaughan blamed global warming for the smaller piece's disintegration.
It seems as if the process is accelerating at an unexpected rate. So it has become a dangerous pastime for political people to make public statements contradicting the idea of global warming.

Es Kutub Utara Mencair Lebih Cepat

Es Kutub Utara Mencair Lebih Cepat


Washington.
Lapisan es di Kutub Utara terus mencair lebih cepat dari sebelumnya akibat pengaruh pemanasan global. Pantauan lapisan es di Kutub Utara yang dilakukan satelit dalam 30 tahun ini memperlihatkan lapisan es disana mencapai tingkat terendah pada Agustus tahun 2008 ini.

Para peneliti Amerika Serikat dari Pusat Data Nasional Salju dan Es (NSIDC) menyebutkan, pada pengukuran 26 Agustus, luas permukaan es di Kutub Utara menyusut hingga 5,26 juta kolometer persegi, berkurang dibandingkan dengan 21 September 2005 yang seluas 5,32 juta kilometer persegi.

Sejak awal Agustus, menurut Boulder, badan pemantauan Kutub Utara yang berbasis di Colorado, AS, permukaan es disana menyusut sebanyak 0.006 juta kilometer persegi.

Mencairnya es di Kutub Utara, menurut NSIDC, berlangsung sangat cepat dan ekstensif. Ini memungkinkan luas permukaan es akan menyusut hingga dibawah 4,25 juta kilometer persegi. Angka 4,25 juta kilometer persegi, berdasarkan pantauan satelit, merupakan angka terendah luas permukaan es di Kutub Utara, yang tercatat pada musim panas tahun 2007.

Rata-rata luas permukaan es di Kutub Utara, menurut pantauan, selama tahun 1979-2000 adalah 7,23 juta kilometer persegi.

"Intinya adalah tren negatif es pada musim panas memperpanjang berlanjutnya kecenderungan yang telah berlangsung beberapa dekade," demikian tulis NSIDC dalam laporannya.

Glasiologis NSIDC, Mark Serreze memperingatkan, Kutub Utara bahkan bisa tidak berlapiskan es lagi pada bulan September untuk pertama kalinya dalam sejarah modern.

My School..


SMPN 3 Ciledug Raih Penghargaan Pelayanan Publik Terbaik




Tangerang, Pelita
Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 (SMPN 3) Ciledug Kota Tangerang yang ditetapkan Pemerintah sebagai Sekolah Berstandar Nasional (SBN) dengan hasil nilai ujian nasional rata-rata delapan ke atas.Sekolah berada di lokasi strategis mudah dijangkau berbagai kendaraan baik dari Kebayoran Lama dan Kebun Jeruk DKI Jakarta maupun dari Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) ini. adalah merupakan salah satu sekolah favorit di Kota Tangerang. SMPN 3 Ciledug Kota Tangerang yang berstandar nasional dan sekolah yang menjadi pilihan orang tua atau masyarakat yang tinggal di kota Tangerang dan daerah perbatasan DKI Jakarta dan Kota Tangsel menyekolahkan anaknya di sini.
SMPN 3 Ciledug baru-baru ini telah mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Kota Tangerang sebagai sekolah lanjutan tingkat pertama yang telah memberikan "pelayanan publik terbaik" tahun 2009.Dengan mendapatkan penghargaan tersebut Kepala SMPN 3 Ciledug Drs H Syafrudin yang didampingi Pembantu Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Drs Sasa Juansyah ketika dihubungi Peadi ruang kerjanya baru-baru ini menyatakan sangat gembira dan bangga mendapat penghargaan tersebut.Penghargaan ini, baginya sungguh sangat berarti, karena hal itu merupakan wujud pengakuan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang terhadap pelayanan yang selama ini telah dilaksanakan SMPN 3 Ciledug Kota Tangerang, sekolah berstandar nasional kepada masyarakat.
Penghargaan tersebut, menurut Kepala SMPN 3 Ciledug Kota Tangerang Syafrudin akan dijadikan sebagai motivasi untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan SMPN 3 Ciledug kepada masyarakat, di masa datang, dengan cara memperbaiki kekurangan-kekurangan baik dalam hal belajar dan mengajar dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, maupun dalam memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat."Meski SMPN 3 Ciledug mendapatkan penghargaan sebagai sekolah tingkat pertama yang telah memberikan pelayanan publik terbaik, tapi kami belum puas dengan pelayanan yang telah kami berikan kepada masyarakat Karena itu kami akan terus berusaha meningkatkan pelayanan yang lebih prima lagi kepada masyarakat di masa datang," tambahnya.
Menyinggung masalah Ujian Nasional. Sasa Juansyah mengatakan SMPN 3Ciledug telah melakukan berbagai persiapan-persiapan antara lain melakukan pendalaman materi pelajaran yang akan diujikan dalam ujian nasional. Mengadakan Try Out. memberi motivasi kepada para siswa untuk lebih semangat lagi dalam menghadapi ujian nanti, dengan belajar dan belajar lebih giat lagi, disamping melakukan doa bersama."Dengan kegiatan ini diharapkan hasilnya akan lebih baik lagi dibanding tahun lalu dengan nilai yang lebih tinggi," kata Syafrudin sambil menambahkan, pendidikan di SMPN 3 Ciledug Tangerang yang dipimpinnya, berupaya menjadikan para siswa yang cerdas, mandiri serta berakhlakul karimah sebagaimana visi Pemkot Tangerang yang bermoto untuk membangun masyarakat yang sejahtera dan berakhlakul karimah.
Selain itu juga terus berupaya meningkatkan kualitas para guru dengan mengikutsertakan pelatihan-pelatihan baik yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang maupun yang selenggarakan SMPN 3 sendiri sehingga para guru semakin tinggi kompetensinya dan profesional dalam mengajar, sehingga kualitas hasil pendidikan disini bisa terus ditingkatkan di masa datang.Kemudian mendukung program Pemerintah Kota Tangerang untuk meraih Adipura dan menciptakan kebersihan lingkungan dan penghijauan di sekolah yaitu dengan menghiasi halaman sekolah dengan tanaman hias, dan menempatkan bak-bak sampah supaya para siswa membuang sampah di tempatnya, sehingga sekolah menjadi bersih dan indah. Selain itu program bebas rokok dengan menetapkan bahwa areal SMPN 3 Ciledug sebagai kawasan bebas rokok yaitu guru dan siswa tidak boleh merokok di kawasan sekolah tersebut.


http://bataviase.co.id/detailberita-10577422.html


^_^